Bangunan monumen yang dibangun mulai November 1995 dan diresmikan
pada 12 Juli 1996 ini terdiri dua lantai. Pada ruang lantai bawah
terdapat diorama peristiwa pembantaian warga oleh tentara Belanda.
Dinding luar bagian bawah dihias relief yang menggambarkan peristiwa
perjuangan rakyat Karawang. Khusus panil bagian belakang relief
menggambarkan perjuangan rakyat Karawang di daerah Rawagede saat
mempertaruhkan nyawa demi tegaknya kemerdekaan. Di lantai atas terdapat
patung perunggu yang menggambarkan seorang ibu yang dipangkuannya
terkulai tubuh suami dan anaknya yang tewas ditembak. Di belakang panil
tersebut terdapat stela yang diisi penggalan puisi Antara Karawang
Bekasi karya Chairil Anwar. Bangunan monumen melambangkan proklamasi
kemerdekaan RI. Anak tangga menuju lantai atas berjumlah 17 melambangkan
tanggal 17. Denah bangunan lantai dasarbersegi delapan melambangkan
bulan delapan. Bagian puncak berbentuk piramid yang terbagi empat
setinggi 5 m melambangkan tahun 1945.
Di belakang bangunan monumen terdapat halaman yang fungsinya untuk
tempat upacara dan juga sebagai penghubung antara bangunan monumen
dengan makam pahlawan yag berada di sebelah utaranya. Halaman ini juga
dimaksudkan sebagai lambang jembatan emas perjuangan bangsa Indonesia
menuju cita-cita kemerdekaan. Makam pahlawan di bagian belakang diberi
nama Sampurna Raga. Di samping timur jalan masuk makam pahlawan terdapat
data korban peristiwa tindakan militer Belanda di Rawagede. Jumlah
korban tersebut terdiri peristiwa 9 Desember 1947 sebnyak 431 orang,
kurun waktu antara Januari sampai Oktober 1948 sebanyak 43 orang, dan
korban pada kurun waktu Juli sampai November 1950 sebanyak 17 orang.
Dari sekian korban tersebut yang dimakamkan di taman makam pahlawan
Sampurna Raga sebanyak 181 orang.
Peristiwa tragis Rawagede terjadi pada 9 Desember 1947 dimulai
sekitar pukul 4 subuh. Ketika itu di saat hujan turun dengan lebatnya,
militer Belanda melakukan penggeledahan ke rumah-rumah penduduk. Setiap
yang ditemuakn terutama laki-laki dikumpulkan di tanah lapang. Mereka
ditanya tentang keberadaan para pejuang yang menyembunyikan Bapak Kapten
Lukas Kustaryo selaku Danki Resimen VI Jakarta. Semua warga tidak ada
yang menjawab sehingga terjadi pembantaian oleh militer Belanda.
Dengan adanya monumen ini generasi penerus akan dapat menghayati
kegigihan masyarakat pada waktu itu daam rangka mempertahankan
kemerdekaan. Letaknya yang sangat strategis, mudah dijangkau, dan berada
pada lokasi peristiwa menjadikan monumen ini sangat memberi arti bagi
pendidikan perjuangan kepada generasi penerus. Monumen ini sekarang
dikelola oleh Yayasan Rawagede di bawah pimpinan Bapak K. Sukarman HD.
Lokasi: Dusun Rawagede, Desa Rawagede, Kecamatan Rawamerta
Koordinat : 06° 14' 283" S 107° 19' 599" Esumber : http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=171&lang=id
0 komentar:
Posting Komentar