Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M),
salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus,
dimana Umat Islam sebelumnya telah menguasai Afrika Utara. Dalam proses
penaklukan Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan
paling berjasa yaitu Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn
Nushair.
Spanyol diduduki umat Islam pada
zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani
Umayah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam
telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu
propinsi dari dinasti Bani Umayah, Penguasaan sepenuhnya atas Afrika
Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah
Abd al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di
daerah itu.
Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah
digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa ibn
Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan
Marokko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah
bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka
menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan
seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
Penaklukan atas
wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi
salah satu propinsi dari Khilafah Bani Umayah memakan waktu selama 53
tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi
Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan dan
kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat kantung-kantung yang
menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothik. Kerajaan
ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang
kekuasaan Islam.
Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai,
umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol.
Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin
dalam penaklukan wilayah Spanyol. Dalam proses penaklukan spanyol
terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa
memimpin satuan-satuan pasukan ke sana.
Mereka adalah Tharif ibn
Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut
sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di
antara Marokko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima
ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat
buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif
tidak mendapat perlawanan yang berarti.
Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya.
Didorong
oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan
Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang
besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada
tahun 711 M mengirim pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah
pimpinan Thariq ibn Ziyad. Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai
penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih
nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung
oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah
al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di bawah pimpinan
Thariq ibn Ziyad.
Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan
pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama
Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah
pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu
tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ
Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti
Cordova, Granada dan Toledo (ibukota kerajaan Gothik saat itu). Sebelum
Thariq menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa
ibn Nushair di Afrika Utara.
Musa mengirimkan tambahan pasukan
sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000
orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Gothik yang jauh lebih
besar, 100.000 orang. Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn
Ziyad membuat jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk
itu, Musa ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang
pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu
pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu per
satu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya.
Setelah Musa
berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta
mengalahkan penguasa kerajaan Gothic,Theodomir di Orihuela, ia bergabung
dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai
seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari
Saragosa sampai Navarre. Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul
pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz tahun 99 H/717 M.
Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan
Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada
Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun
102 H.
Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman
ibn Abdullah al-Ghafiqi. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordesu,
Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi,
diantara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel,
sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya
mundur kembali ke Spanyol. Sesudah itu, masih juga terdapat
penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun
743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah Majorca, Corsia,
Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke
tangan Islam di zaman Bani Umayah.
Gelombang kedua terbesar dari
penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M
ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau
Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal
itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal
yang menguntungkan. Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu
kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa
penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan
ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan.
Secara politik,
wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri
kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran
terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit,
apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi
yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis
menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara
brutal. Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya
diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak.
Di
dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru
pembebas, dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam.
Berkenaan dengan itu Amer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin
mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan dalam
segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di
jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan
tangan besi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam
kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat. Akibat
perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi
tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan.
Perpecahan dalam negeri
Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun
711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum
kerajaan Gothic berdiri. Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi
masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam
keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol berada di bawah pemerintahan
Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga
pertambangan, industri dan perdagangan karena didukung oleh sarana
transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah
kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan
masyarakat menurun.
Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap,
beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit
dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan. Buruknya kondisi
sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan
politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan
Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran
kerajaan Ghoth adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota
negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu
menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan
ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza.
Keduanya
kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka
pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu
terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan
penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di
Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol,
Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh
Tharif, Tariq dan Musa. Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah
bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak
lagi mempunyai semangat perang Selain itu, orang Yahudi yang selama ini
tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi
perjuangan kaum Muslimin.
Adapun yang dimaksud dengan faktor
internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa,
tokon-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam
penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya.
Para pemimpin adalah
tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya
diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap
persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang
ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan
tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat
dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut
kehadiran Islam disana.
Sumber : http://badrislam.blogspot.com/2009/05/sejarah-masuknya-islam-ke-spanyol-spain.html
Rabu, 05 September 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Komentar
.........
0 komentar:
Posting Komentar